Pada tanggal 1 Juli 2019, Wakil Kepala Dewan Pertanian (COA), Huang Chin-cheng, mengumumkan bahwa setelah melakukan upaya pencegahan selama 22 tahun, Taiwan akhirnya memiliki kualifikasi untuk mengajukan status bebas penyakit kuku dan mulut tanpa vaksinasi kepada World Organisation for Animal Health (OIE).
Huang Chin-cheng mengatakan, sebelum bulan September tahun ini, COA akan menyampaikan berkas laporan dan pengajuan kepada OIE. Apabila semua proses seleksi sudah memenuhi persyaratan, maka pada bulan Mei tahun depan, OIE akan mengumumkan Taiwan sebagai kawasan bebas penyakit kuku dan mulut tanpa vaksinasi.
Pada tahun 2009, Taiwan telah berupaya untuk menghentikan pemberian vaksin, tetapi belum berhasil. Kemudian pada tahun 2016 upaya ini mulai mendapatkan titik terang, setelah Eksekutif Yuan memasukkan upaya penghentian vaksinasi ke dalam program kebijkan prioritas, yang didukung oleh berbagai instansi kementerian.
Dua faktor penting yang turut mendukung keberhasilan ini, pertama-tama adalah pelaksanaan vaksinasi menyeluruh dengan sebaran hingga 90 persen, pemantauan setiap tahun terhadap 1.860 peternakan dan pasar daging, serta memastikan rasio antibodi dalam serum lebih dari 85 persen. Yang kedua, sebelum melakukan penghentian vaksinasi secara menyeluruh, harus dilakukan pemantauan kondisi lingkungan, pemeriksaan siaga terhadap ternak babi dan kambing, serta melakukan evaluasi terhadap risiko di lapangan untuk memastikan tidak ada virus penyakit kaki dan mulut yang masih hidup.
COA juga akan mendorong pelaksanaan empat kebijakan, yang pertama pengolahan kotoran ternak di peternakan akan diambil alih oleh COA, untuk didaur ulang, sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
Yang kedua, peternakan babi akan dikembangkan secara regional atau dilokalisasi, karena perkembangan daerah perkotaan dan penyebaran penduduk saat ini tidak memungkinkan untuk mendirikan peternakan di setiap daerah. Yang ketiga, COA akan terus mengintegrasikan iptek dan kerja sama profesional dengan berbagai instansi, untuk menjawab berbagai permasalahan di bidang peternakan.
Yang keempat, COA sudah menetapkan target selanjutnya, yaitu menghentikan pemberian vaksinasi flu babi (classical swine fever). Huang Chin-cheng mengatakan, paling lambat tahun depan COA akan mulai menghentikan pemberian vaksin secara regional. Saat ini, COA sudah dalam tahap negosiasi dengan pengusaha Jepang, untuk mengekspor daging babi Taiwan ke Negeri Sakura.
Sebelum kasus penularan penyakit kuku dan mulut terjadi di Taiwan, setiap tahun nilai ekspor daging babi Taiwan ke Jepang mencapai nilai NT $60 miliar. Setelah terjadi penularan, Taiwan melakukan pemberian vaksin kepada ternak, dan selama 13 tahun terakhir tidak ada kasus penularan yang terjadi. Dalam situasi tersebut, Taiwan masih tetap dapat melakukan ekspor asalkan kualitas produk daging sesuai dengan standar perdagangan internasional, dan telah mendapat persetujuan dari negara tujuan.